Selasa, 23 Desember 2008

bonek vs aremania

Cerita bonek di bantai aremania di senin... sangat di besar-besarkan. Apalagi thn 1998. Mulai thn 1994 sampai 2005 saya ngga pernah absen dukung persebaya di jakarta.. dan saya tahu dimana posisi bonek saat itu. Dan dalam masa itu tawuran bonek yg kentara dan hebat justru melawan Medan, Maczman dan FBR (Forum Betawi Resek), Bahkan lawan Jakmania aja secara langsung dan nyata masih dalam skala kecil. Paling yg sempat di ekspos saat segelintir bonek di tawur Jakmania di bundaran HI. Sisanya hanya teror-teror kecil di stasiun manggarai dan ejek2an di dalam stadion. Justru dalam sejarah bonek tawuran dengan arek malang justru sama pendukung persema thn 1992 dalam masa perserikatan bisa di bilang terbesar. Ada yg pernah mengalami bagaimana tragedi di stadion tri dharma gresik pas Persegres Lawan Persema ?? bagaimana nasib kera ngalam yg nekad datang ke gresik waktu itu ?? apakah anda tahu bagaimana suasana tol pandaan - surabaya - gresik saat itu ?? apakah anda masih ingat bagaimana pemain persema naik panser masuk stadion yg full di kuasai Bonek ?? berapa orang malang yg ter-bunuh dan terluka ditemukan di jalan tol ?? Ini harga yg sangat pantas dan balasan thd mata kiri Nurkiman yg buta di plinteng karo orang malang. masih untung jaman suharto dulu hal2 buruk seperti ini sangat rapat di tutup-tutupi.. dan hebatnya peristiwa ini begitu mudah menguap dan akhirnya terlupakan. Saya bener-bener masih ingat dengan peristiwa itu.

Bonek History

Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Di persepak bolaan Indonesia, bonek banyak digambarkan sebagai pendukung yang sering membuat kerusuhan, dari mulai tidak membayar tiket kereta api, sampai bentrok dengan aparat keamanan dan pendukung kesebelasan lawan.

Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989,[rujukan?] untuk menggambarkan fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain) seperti di Eropa.[rujukan?] Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.

Secara tradisional, Bonek memiliki lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan Bobotoh Persib Bandung dan Suporter PSIS Semarang.

Beberapa peristiwa kekacauan yang disebabkan "Bonek mania" antara lain adalah kerusuhan pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada 4 September 2006 di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya. Selain menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, para pendukung Persebaya ini juga membakar sejumlah mobil yang berada di luar stadion antara lain mobil stasiun televisi milik ANTV, mobil milik Telkom, sebuah mobil milik TNI Angkatan Laut, sebuah ambulans dan sebuah mobil umum. Sementara puluhan mobil lainnya rusak berat. Atas kejadian ini Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman (sebelum banding) dilarang bertanding di Jawa Timur selama setahun kepada Persebaya, kemudian larangan memasuki stadion manapun di seluruh Indonesia kepada para bonek selama tiga tahun.

Sekitar Agustus 2006, bonek dijatuhi sanksi lima kali tidak boleh mendampingi timnya saat pertandingan away menyusul ulah mereka yang memasuki lapangan pertandingan sewaktu Persebaya menghadapi Persis Solo di final divisi satu. Ironisnya, tahun 2005, Persebaya justru rela dihukum terdegradasi ke divisi satu gara-gara mundur di babak 8 besar. Pihak klub beralasan untuk melindungi bonek agar tidak disakiti.

Namun tidak selalu Bonek bertindak anarkis ketika kesebelasan Persebaya kalah. Tahun 1995, saat Ligina II, Persebaya dikalahkan Putra Samarinda 0 - 3 di Gelora 10 November. Tapi tidak ada amuk Bonek sama sekali. Para Bonek hanya mengeluarkan yel-yel umpatan yang menginginkan pelatih Persebaya mundur.

Saat masih di Divisi I, Persebaya pernah ditekuk PSIM 1 - 2 di kandang sendiri. Saat itu juga tidak ada aksi kerusuhan. Padahal, jika menengok fakta sejarah, hubungan suporter Persebaya dengan PSIM sempat buruk, menyusul meninggalnya salah satu suporter Persebaya dalam kerusuhan di kala perserikatan dulu.